Sabtu, 17 Januari 2009

Perang Tak Pernah Menelurkan Kedamaian

Noverius Laoli
Perang tak pernah melahirkan kedamaian. Dalam perang terpatri unsur balas dendam. Pihak yang menang tak pernah merasa damai dan pihak yang kalah selalu berharap akan menang tinggal menunggu waktu saja. Sebab kekerasan yang dibalas dengan kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan baru. Dan demikian seterusnya. Karena di dalam perang selalu ada unsur balas dendam. Perang hanyalah semacam ekspresi primitif manusia untuk menyatakan eksistensinya. Dengan eksistensi itu, manusia mampu melakukan apapun termasuk menguasai yang lain.
Yang lain dianggap sesuatu yang asing dan karena itu bertendensi mengancam. Sebelum terancam jauh lebih baik dan masuk akal bila mengancam terlebih dahulu. Hal itulah kiranya yang dialami Israel dan Palestina sekarang ini. Di dalam logika mereka yang lain adalah ancaman dan karena itu perlu dibasmi dengan kekuatan super hebat. Segala teori mengenai hak asasi, etika, moral dan agama dengan segera disingkirkan. Seolah manusia itu dijadikan hanya seonggok daging buas yang setiap saat menerkam. Manusia tanpa hati dan nurani jelas sekali terlihat dalam perang ini.
Apakah seseorang itu bersalah atau tidak, dalam perang kurang diperhitungkan. Dalam menyerang lawan segala risiko dijadikan pelengkap dan kurang penting. Namun adakah yang mampu melihat betapa sakit dan ngerinya kehilangan nyawa. Tampaknya manusia-manusia korban perang hanya dilihat sebagai angka semata. Akan tetapi bila suatu saat, orang yang kita kasihi meninggal dunia barulah kita dapat merasakan betapa sakitnya kehilangan saudara. Dan itulah yang dialami mereka yang sekarang sedang mengobarkan perang.
Dibalik semua itu, pernahkah orang berpikir bahwa perang hanyalah untuk memenuhi kepentingan segelintir manusia. Mungkin mereka lagi sedang beruntung berada di posisi yang tepat untuk memerintahkan perang. Jika demikian, begitu buaskah manusia itu. Maka tidak salah ungkapan Thomas Hobbes yang menyatakan bahwa "Manusia adalah serigala bagi sesamanya" (Homo homini lupus). Sebab bila manusia mendapat kekuasaan kecenderungan untuk berbuat kekerasan pasti ada. Karena manusia tak pernah "puas" dengan apa yang mereka dapat.
Masalah kepuasan ini juga ikut menjadi salah satu faktor penyebab perang dan kekerasan. Itulah sebabnya, dalam perang manusia tak pernah memedulikan hak asasi manusia dan etika serta moralitas yang telah diukir dengan kata-kata indah dari setiap zaman. Rentetan perang akan terus terjadi jika manusia tidak pernah mencoba puas dengan yang ia dapat. Kecenderungan untuk tidak mau rugi dan dilecehkan adalah problem tersendiri dalam perang. Perang tak pernah berakhir bila manusia tidak rela untuk berbagi dan bersedia untuk rugi demi kebaikan bersama. Kalau tidak maka kita akan melihat lagi berlimpah mayat korban perang lagi.

Tidak ada komentar: