Kamis, 09 Juli 2009

Berakhirnya Style dan Keunikan Individu:Telaah Atas Pemikiran Fredric Jameson

Style dan keunikan individu adalah istilah yang mengalami dilema akhir-akhir ini. Di satu pihak, istilah ini kerap dianggap sebagai label modernitas, sudah kadaluwarsa, ciri khas zaman kuno, primitif, dan ketinggalan zaman. Di pihak lain, kenyataan bahwa istilah itu telah digandrungi oleh generasi muda zaman sekarang sebagai cara menunjukkan jati diri, atau dalam bahasa sekarang unjuk gigi atau gue banget. Dengan kata lain, style pribadi lebih identik dengan ekspresi diri, upaya menunjukkan kebolehan, dan cara mempertontonkan bahwa gue eksis, dan perlu diakui. Boleh jadi, dengan cara ini, generasi yang hidup pada zaman ini kembali menemukan identitas dirinya yang telah lama diguncang oleh gelombang budaya pencitraan.

Meskipun demikian, gelombang kultur postmodernisme yang mengekspresikan logika kapitalisme multinasional begitu kuat memengaruhi personalitas masyarakat pada era ini. Dunia postmodern ini ditandai dengan berbagai pengaburan batas-batas dan mengantikannya dengan realitas ilusif dan simulakrum. Peradaban, kebudayaan, dan sistem berpikir manusia pun tak luput dari goncanganya. Akibatnya manusia sekarang hidup dalam kultur komoditas dan konsumerisme. Kultur kontemporer ini pun menciptakan masyarakat yang gila belanja dan mendapatkan barang-barang baru dari produk-produk teknologi yang semakin memesona itu. Maka tidak salah kalau dikatakan bahwa sebenarnya pada abad keduapuluh satu ini, kita hidup di suatu zaman yang memuja komoditas. Teknologi-teknologi supercanggih sepertinya ikut mendukung penyebarluasan logika kapitalisme baru ini. Di hampir setiap penjuru dunia, kita dapat menemukan beragam produk yang semakin baru. Tidak heran, bila pada zaman ini, logika kapitalisme baru itu berusaha menciptakan kultur homogenitas atau penyeragaman, di mana pluralitas individu, style dan keunikannya semakin terpojokkan. Artinya, manusia harus menyesuaikan diri dengan semua tuntutan teknologi baru ini.

Boleh jadi, karena posisi manusia sebagai subyek yang menciptakan semua ini semakin terpojok (dan harus menyesuaikan diri dengan hukum-hukum ciptaanya sendiri), maka abad ini disebut sebagai zaman “kematian subyek” (the death of subject). Ihwal inilah yang diterangkan oleh Jameson. Ia seolah menyadarkan kita bahwa di balik kultur kontemporer ini (yang sering disebut postmodernisme), ada logika yang mengendalikan kita yaitu kapitalisme. Kapitalisme baru ini ternyata tidak seperti zaman klasik, yang menunjukkan diri secara terang-terangan, dan lingkupnya terbatas. Tetapi kapitalisme zaman kontemporer ini bergerak di balik kesadaran kita dan memasuki wilayah yang lebih luas. Bahkan kapitalisme ini sifatnya multinasional, dan bergerak dengan bebas memasuki segala lini kehidupan masyarakat melalui iklan-iklan, TV, internet, serta media informasi lainnya.

Lebih jauh lagi, strategi baru kapitalisme ini berusaha membunuh kedirian manusia sebagai individu yang otonom. Ia mengaburkan konsep temporalitas sejarah dan dengan getol mengangkat konsep spasial. Dengan metode ini, ia berusaha mendekonstruksi peranan sejarah dan mengkondisikan hidup kita dalam spase kekinian. Artinya,, manusia dibuat asyik dengan masa kininya tanpa memikirkan masa depan serta masa lalunya. Seolah-olah masa sekarang melahirkan embrionya sendiri. Bersamaan dengan berjalannya waktu, masa lalu (sejarah) pun dianggap hanyalah ilusi-ilusi kosong dan tak berarti. Akibatnya manusia zaman ini hidup dalam dunia citra dan pastiche, yaitu meniru masa lalu tanpa intensi apa-apa dan akhirnya melahirkan masyarakat skizofrenik. Ciri khas masyarakat baru ini adalah masyarakat yang tidak memiliki kepribadian yang utuh dan hidup dalam dunia yang tidak real. Maka budaya ini pun ditandai dengan budaya perayaan euforia yang ganjil, dan tanpa kedalaman.

Realitas inilah yang mau saya beberkan. Bagaimana perkembangan kultural yang baru ini (postmodernsime dan kapitalisme lanjut) telah mendiskreditkan manusia sebagai individu yang unik, dan memiliki style personal. Di sini saya akan memetakan pemikiran Jameson dan menganalisisnya dari perspektif filosofis, mulai dari gejala awal tumbangnya modernisme sampai pada lahirnya kultur postmodernisme. Kemudian saya menganalisis pemikiran Jameson tentang postmodernisme dan kaitannya dengan logika kapitalisme multinasional. Pada akhirnya mendeskripsikan akibatnya dalam diri manusia sebagai individu yang unik dan punya style personal, di mana keunikan dan style manusia sebagai individu semakin teralienasi di tengah gemerlapnya dunia kontemporer ini.
By: Noverius Laoli

Tidak ada komentar: